Kemungkinan kalau tidak ada petualang dunia bernama Christophorus Columbus, tanaman cabai (Capsicum sp.) tidak akan dikenal oleh masyarakat di luar daerah habitatnya di Amerika tropis. Demikian pula bila tidak ada perhatian dari petualang terhadap tanaman yang rasa buahnya sangat pedas ini, kisah tanaman cabai pun tidak seperti saat ini. Oleh karena itu, mau tak mau untuk mengungkap sejarah tanaman cabai, kita harus membuka lembaran kisah perjalanan Columbus saat menemukan benua baru yang kemudian dikenal sebagai Benua Amerika.
Kisah menarik petualang berkebangsaan Spanyol ini bermula pada tahun 1490. Saat itu ekspedisi yang dipimpinnya mendarat di sebuah daerah berhawa panas yang semula dikiranya sebagai salah satu daerah dari Benua Asia. Namun, belakangan barulah diketahui bahwa daerah yang didaratinya itu merupakan daerah Guanahani, sekarang merupakan wilayah San Salvador.
Columbus sempat terheran-heran pada tanaman cabai yang sudah dibudidayakan secara luas oleh penduduk asli di situ, karena berbeda dengan tanaman cabai yang dikenalnya di Eropa. Rasa buah tanaman dari benua temuannya ini sangat pedas dan aromanya sangat tajam. Padahal tanaman cabai yang dikenalnya di Eropa tidak begitu pedas dan aromanya tidak begitu tajam.
Cabai yang ditemukan Columbus memang merupakan tanaman asli benua tersebut. Cabai yang dikenalnya di Eropa adalah cabai yang dikenal sebagai paprika atau sweet pepper ( C. annuum var. grossum atau C. grossum ). Semasa Columbus hidup, paprika sudah berkembang hampir ke seluruh Eropa bagian selatan ( Spanyol, Portugal, dan Italia), terutama Spanyol. Perkembangan ke luar Eropa dan ditanam secara komersial baru dilakukan sesudah Perang Dunia II. Dalam hal ini, yang berjasa ialah Amerika Serikat.
Cabai yang ditemukan Columbus memang merupakan tanaman asli Amerika Selatan. Dari sinilah tanaman ini menyebar ke Amerika Tengah menuju ke Amerika Serikat bagian selatan. Namun, kapan dan siapa yang menyebarluaskannya tidak banyak yang mengungkapkannya. Dugaan sementara menyebutkan bahwa berdasarkan penelusuran sejarah maka yang berperan besar adalah orang Indian ( penduduk asli Amerika ). Konon sejak tahun 7000 SM, buah cabai sudah dimanfaatkan oleh suku Indian untuk keperluan masak-memasak (bumbu). Menginjak tahun 5200-3400 SM, berulah mereka mulai membudidayakannya. Dari hasil budidaya ini, cabai disebarluaskan ke berbagai daerah lain di Benua Amerika.
Dugaan lain menyebutkan bahwa yang menyebarluaskan tanaman cabai bukanlah manusia, melainkan burung-burung liar. Oleh karena itu, cabai sering disebut cabai burung atau birs pepper (C. frustescens). Di Indonesia cabai inilah yang kita kenal dengan cabai kecil. Mengenai dugaan ini, masih sulit diterka kebenarannya. Ada informasi yang menyebutkan bahwa jenis cabai yang dimaksudkan di atas merupakan cabai liar yang bernama latin C. baccatum var. atau C. pendulum. Buah cabai jenis ini tidak mudah gugur walaupun buahnya sudah masak, sedangkan bijinya yang sudah masak berwarna agak kemerahan (orangnye).
Columbus beberapa kali memimpin ekspedisi untuk menjelajahi benua tersebut. Di akhir ekpedisinya tahun 1502, temua cabai tersebut diperkenalkan ke benua lain. Dari sinilah dunia cabai terkuak ke masyarakat luar. Dengan demikian, orang menjadi tahu bahwa jenis cabai bukan hanya satu atau dua jenis saja.
Kini, hasil cabai dunia justru tidak berpusat di Eropa, tempat asal Columbus, melainkan di daerah-daerah tropis yang jauh dari benus dingin tersebut.
0 komentar